SINOPSIS NOVEL
Judul Novel : Restrayer
Judul Kecil : Kelahiran dan Invasi Kerajaan Jalanan
Awal kisah saat bus Mutiara Indah
jurusan Jakarta-Yogyakarta dihentikan oleh dua orang komplotan geng bernama
Restrayer. Seperti biasa, keduanya meminta uang kepada penumpang bus. hingga
tibalah keduanya meminta uang secara paksa kepada seorang bapak-bapak. Si bapak
tidak mau memberikan uangnya. Akhirnya kedua preman itu memukul si bapak, bahkan
menyabetnya dengan sebuah pisau. Karena merasa terdesak, si bapak itu tiba-tiba
mengeluarkan sebuah pistol dari dalam sakunya, serta mengaku-ngaku bahwa
dirinya anggota BIN. Melihat situasinya berubah, akhirnya kedua preman itu
turun dari bus Mutiara Indah.
Ditengah perjalanan, seorang pemuda
bernama Setiawan yang memang merupakan penumpang bus Mutiara Indah mendekati si
bapak yang berani mengusir preman tadi. Akhirnya mereka berkenalan. Si bapak
pemberani itu bernama pak Sukino, benar-benar anggota BIN, walau saat itu baru
saja dibebas tugaskan. Pak Sukino menjelaskan bahwa kedua orang yang diusirnya
dari bus itu merupakan komplotan geng terbesar di Jawa Barat, yaitu Restrayer. Setiawan
tertarik dengan pemaparan pak Sukino, akhirnya pak Sukino menceritakan tragedi
berdarah di Cirebon pada tahun 1999, 11 tahun yang lalu, yang menjadi awal mula
pembentukan gangster Restrayer.
Awal kisah di mulai saat terjadinya
perang geng di jalan Wahid Hasyim, Cirebon. Dua geng bernama Balistik Kuningan
dan Artex Cirebon terlibat bentrok. Hingga tiba-tiba, sebuah geng lain menyerbu
masuk ke dalam kerumunan. Tapi anehnya, geng yang baru saja bergabung ini hanya
menghabisi geng Balistik Kuningan. Alhasil, 4 orang dinyatakan tewas dalam
kasus tersebut.
Polres Cirebon langsung tersentak
mendengar berita perang geng di wilayahnya. Polres Cirebon memiliki pengalaman
pahit gara-gara perang geng. Pada tahun 1997, Cirebon menjadi kawah berapi yang
sering dijadikan ajang perang geng. Polres Cirebon tak bisa berbuat apa-apa.
Melihat situasinya semakin runyam, ditambah dengan kenyataan polisi Cirebon
tidak bisa mengantisipasi setiap peperangan jalanan, akhirrnya warga Cirebon
marah. Mereka membubarkan sebuah perang geng. Pembubaran itu merupakan
peristiwa berdarah, karena dilaporkan bahwa 21 anggota geng tewas sia-sia. Ini
merupakan pukulan telak bagi pihak kepolisian.
Tidak ingin kejadian 2 tahun
sebelumnya terulang, Kombes Pol Dudung Ruanda selaku Kapolres Cirebon meminta
bantuan kepada Kapolda Jabar untuk mengirimkan intelijen terbaiknya untuk
membasmi habis komplotan gangster di wilayah III Cirebon, hingga ke
akar-akarnya. Dengan berbagai pertimbangan, Irjen Pol Tatang Suanda selaku
Kapolda Jabar merekomendasikan Kompol Boni, yang merupakan anggota terbaik di
Baintelkam POLRI untuk mengurus kasus di Cirebon. Dengan persetujuan dari
Komjen Sudarta Angkara selaku kepala Baintelkam POLRI, akhirnya Kompol Boni
ditugaskan secara resmi untuk masuk ke dalam dunia gangster yang penuh misteri.
Di dunia jalanan ini, Kompol Boni
menggunakan nama samaran Bayu. Dalam beberapa minggu saja, Kompol Boni dengan
mudah mengidentifikasi siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan 4 anggota geng
di jalan Wahid Hasyim. Kompol Boni juga semakin paham mekanisme gangster, dari
mulai bisnis narkoba, pembelian senjata ilegal, bisnis pelacuran, dan berbagai
macam tindakan kriminal yang lain. Bahkan lebih jauh, Kompol Boni tahu
nama-nama pejabat dan oknum kepolisian serta oknum TNI yang menjadi beking dari
komplotan jalanan. Walau memang, Kompol Boni tidak melaporkan apa yang dia
ketahui ke Polres Cirebon.
4 korban di jalan Wahid Hasyim itu
ternyata berasal dari satu geng, yaitu Balistik Kuningan. Dengan berbagai macam
penyelidikan ala gangster, Andre yang merupakan ketua geng Balistik mengetahui
bahwa dalang dibalik meninggalnya 4 orang anak buahnya itu disebabkan oleh geng
Arwah Hitam, salah satu geng di Kuningan. Arwah Hitam dengan sengaja ikut
mengganggu perang geng antara Balistik dengan Artex, tapi anehnya Arwah Hitam
hanya menyerang anak-anak Balistik. Merasa tidak terima di khianati geng
sekotanya, Andre menyerukan kepada seluruh anggotanya untuk menyerang Arwah
Hitam.
Ribuan motor di tengah malam, menyerbu
desa Mekarmukti kecamatan Mandirancan Kuningan yang merupakan basecamp dari
geng Arwah Hitam. Sebuah perang besar terjadi malam itu. Tidak
tanggung-tanggung, Balistik bahkan meluluh-lantakkan desa Mekarmukti. Mereka
membakarnya hingga hangus tak tersisa. Dan korban jiwa pun sangat fantastis.
112 orang dinyatakan tewas dalam insiden besar itu. Korbannya bukan hanya dari
kedua belah pihak, tapi juga dari pihak warga yang tidak tahu apa-apa. Saking
hebohnya insiden itu, B.J. Habibie selaku presiden Republik Indonesia angkat
bicara. Beliau memerintahkan Kapolri untuk menuntaskan kasus itu.
Dengan instruksi presiden, Kapolri
akhirnya mengerahkan kekuatan penuh, bahkan ditambah dengan kekuatan militer
dari TNI. Satu demi satu komplotan gangster di bubarkan secara paksa oleh pihak
kepolisian. Bermula dari geng Zurig, Biks, dan FBS di Cirebon. Kemudian
TNI-POLRI membubarkan paksa geng Bomber Api di Majalengka.
Penyamaran Kompol Boni di dunia geng
akhirnya terbongkar. Anak-anak Artex Cirebon hampir saja membunuhnya, tapi
karena Kompol Boni dilengkapi dengan senjata api, dia berhasil kabur. Kompol
Boni ternyata sudah mulai mencintai hidup di jalanan. Karena diusir dari
Cirebon, Kompol Boni memilih bergabung dengan salah satu geng di Kuningan,
yaitu Balistik. Kompol Boni menawarkan banyak senjata kepada Balistik, hingga
akhirnya dia diterima.
Balistik yang memang tidak memiliki
persenjataan cukup untuk membendung keganasan TNI-POLRI, karena tidak menerima
jatah dari Viradron (geng pemasok senjata dari Cirebon), akhirnya dengan
dikomandoi Kompol Boni, dapat membobol gudang senjata milik TNI Angkatan Darat
di Majalengka. Tiga orang yang membobol gudang senjata itu, yaitu Kompol Boni,
Andre selaku ketua geng Balistik, dan Vino yang merupakan tangan kanan Andre.
Ketiganya masuk mencuri senjata milik TNI, tapi naas, Andre tidak selamat dalam
tugas itu karena terkena tembak oleh TNI. Sementara Kompol Boni dan Vino
berhasil melarikan diri dengan membawa senjata yang dicurinya.
Kehancuran Balistik sudah di depan
mata. Bayangkan saja, dari mulai geng Zurig Cirebon, Biks Cirebon, FBS Cirebon,
Bomber Api Majalengka, Artex Cirebon, bahkan Aliansi Cirebon yang merupakan gabungan dari 7
geng, yaitu: Khayangan; Xaxar; Baja Sakti; Kastalista; Trivos; Listama; dan
Andros, harus takluk di tangan TNI-POLRI. Maka dari itu, Kompol Boni menghasut
Vino dan Pandi yang merupakan mantan anggota TNI dalam kepengurusan Balistik,
untuk membuat geng baru.
Awalnya
Vino menolak, tapi ternyata Kompol Boni sangat licin. Dia tahu bahwa sebenarnya
Vino adalah anggota BIN yang sedang menyusup ke dunia gangster untuk memantau
pergerakan transaksi narkoba. Nama asli Vino adalah Bari Irhamudin. Tapi sama
seperti halnya Kompol Boni yang sudah menikmati hidup di jalanan, Bari
Irhamudin juga sudah merasa nyaman hidup sebagai anak geng. Karena takut
identitas aslinya dibocorkan oleh Kompol Boni, Bari pun akhirnya menyetujui apa
yang menjadi rencana Kompol Boni, membuat geng baru.
Geng
baru itu bernama Restrayer. Dibangun dengan pemikir-pemikir hebat, dibuat
dengan sistem yang kuat oleh Kompol Boni (POLRI), Bari Irhamudin (BIN), dan
Pandi (Mantan TNI). Maka sudah dapat dipastikan, geng ini memiliki sistem yang
sulit ditembus.
Dan memang benar, kekhawatiran
Kompol Boni terbukti. Balistik akhirnya dapat dibubarkan secara paksa oleh
polisi. Maka mau tidak mau, mereka bertiga harus menyebarkan geng Restrayer ini
ke banyak wilayah. Kompol Boni merekrut banyak anggota di Majalengka, bekas
anggota dari Bomber Api. Sementara Bari merekrut banyak anggota dari mantan
anggota Balistik dan Arwah Hitam. Dan Pandi merekrut anggota ke wilayah
Gandasius, salah satu geng di barat Kuningan yang belum dibubarkan polisi.
Akhirnya Restrayer memiliki basis
yang sangat besar. Apalagi dengan invasi mereka ke Cirebon. Tapi, Kompol Boni menginginkan
hidup bebas, tak lagi terikat dengan hidup kepolisian yang membosankan. Kompol
Boni bersama Bari dan Pandi membuat strategi. Restrayer menyerbu Gandasius di objek
wisata waduk Darma. Ketika polisi datang, yang mereka dapati hanya anak-anak
Gandasius, karena anak-anak Restrayer sudah berhasil kabur. Dari keterangan
anak-anak Gandasius, diketahui bahwa ketua Restrayer adalah Kompol Boni.
Mendengar berita itu, pihak
kepolisian sangat geram. Mereka berniat membubarkan Restrayer dan menangkap
Kompol Boni karena terbukti berkhianat. Dan keberuntungan itu muncul, Bari yang
masih anggota BIN melapor kepada pihak polisi bahwa Kompol Boni biasa nongkrong
di sebuah rumah kosong.
Tanpa pikir panjang, rumah kosong yang
dimaksud itu di grebek polisi. Tapi tentu saja, Restrayer melakukan perlawanan.
Perlawanan yang sangat sengit, saling baku tembak terjadi diantara kedua belah
pihak. Hingga tak terduga, rumah tersebut tiba-tiba hancur karena ledakan bom. Polisi
mengira mungkin bom itu meledak karena keteledoran anak-anak Restrayer. Polisi
akhirnya menemukan 11 mayat yang sudah gosong dan sulit dikenali. Polisi pun membawa
11 mayat itu ke rumah sakit untuk di otopsi. Hasil otopsi menyebutkan bahwa
salah satu dari 11 mayat itu merupakan jasad Kompol Boni.
Padahal kenyataannya tidak. Ketika rumah
itu terkena ledakan bom, hal itu merupakan skenario Kompol Boni. Kompol Boni
bersama beberapa anggota Restrayer masuk ke dalam lubang di bawah tanah. Mereka
berdiam beberapa jam, hingga akhirnya keluar dan menghapuskan barang bukti
berupa lubang itu. Sementara dipihak yang lain, Bari sudah menyuap dokter di
rumah sakit untuk memberikan kesaksian bahwa salah satu dari 11 mayat itu
adalah Kompol Boni.
Dan akhirnya, geng Restrayer masuk
di era yang baru. Dengan dipimpin oleh Kompol Boni yang berganti nama menjadi
Dimas, Restrayer melebarkan sayap dan menginvasi wilayah Jawa Barat dan
sekitarnya. Karena merupakan satu-satunya geng besar di Jawa Barat, Restrayer
jarang terlibat perang geng, tapi mereka fokus ke dalam bisnis-bisnis haram
yang menguntungkan. Para pendiri Restrayer, termasuk Kompol Boni, Bari dan
Pandi, menjadi milyarder. Mereka dapat dengan mudah pergi ke luar negeri dan
membangun kehidupan di sana dengan harta yang melimpah. Dan tentu saja, mereka
menggunakan identitas palsu. Geng ini kuat, karena Bari membekingi Restrayer
sebagai anggota BIN, dan banyak lagi anggota Restrayer yang merupakan oknum
polisi, tentara, BIN, maupun pejabat pemerintahan. Selamat datang di dunia
jalanan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar