Hasil Sketsa Wajah Eyang Hasan Maolani
Pada
tanggal 7 Maret 2020 yang juga berbarengan dengan acara haul ke-150 Eyang Hasan
Maolani, penulis telah merampungkan sebuah sketsa wajah Eyang Hasan Maolani,
setidaknya ini hanya merupakan versi yang penulis yakini. Para pembaca sekalian
termasuk juga para keturunan Eyang Hasan Maolani yang lain tidak harus
menyetujuinya begitu saja.
Alasan
utama pembuatan sketsa wajah ini adalah untuk mengisi cover depan buku yang
telah penulis rampungkan berjudul : “Gegap Gempita Perjalanan Sejarah dan Upaya
Status Kepahlawanan Eyang Hasan Maolani Lengkong”. Buku tersebut sejatinya
telah digagas sejak tahun 2013, namun mandeg hingga tahun 2020 ini karena
keterbatasan bahan dan data mengenai sosok Eyang Hasan Maolani. Alhamdulillah
buku ini sudah benar-benar beres dan ketika tulisan ini dibuat, buku tersebut
sedang mulai diproses untuk masuk ke penerbit.
Penulis
sendiri merupakan salah satu keturunan dari Eyang Hasan Maolani melalui jalur
Kiai Muhammad Akhyar. Secara berurut nasab penulis adalah : Idik Saeful Bahri
bin Anah Nurlaenah binti Encum binti Mioh Robi’ah binti Arimi binti Akhyar bin
Hasan Maolani. Penulis merupakan generasi ketujuh dari Eyang Hasan Maolani.
Oleh karenanya, penulis merasa terpanggil untuk memberikan kontribusi dalam
membumikan nama Eyang Hasan Maolani dengan menerbitkan sebuah buku.
Selain
karena alasan untuk menjadi cover buku, pembuatan sketsa ini juga sebagai
bagian dari kontribusi bagi eksistensi Eyang Hasan Maolani, sebagaimana juga
pernah diajukan untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional. Salah satu syarat formil atau administratif dalam pengajuan seorang tokoh menjadi pahlawan nasional, adalah melampirkan foto calon pahlawan.
Ketiadaan
referensi yang cukup mengenai ilustrasi wajah dari Eyang Hasan Maolani, membuat
penulis mencoba menerka sosok wajah Eyang Hasan Maolani. Hal ini tentu bukanlah
perkara yang patut untuk dipermasalahkan, karena rekaan terhadap sketsa para
pahlawan yang lain juga dilakukan. Siapa yang berani menjamin sketsa wajah
Pangeran Diponegoro yang saat ini beredar adalah benar-benar tampilan asli dari
sang pangeran? Atau sketsa wajah Kiai Mojo yang saat ini ada benar-benar
menampilkan wajah asli dari sang kiai? Tidak ada yang benar-benar bisa
menjaminnya. Semua itu hanya rekaan belaka, namun tentu diukur untuk mencapai
tingkat kemiripan yang tinggi.
Sketsa Eyang
Hasan Maolani yang dibuat ini tentu atas dasar beberapa pertimbangan yang telah
penulis rumuskan, antara lain:
1.
Secara
umum, foto tersebut di sketsa ulang menggunakan foto KH. Hasan Mughni yang
merupakan keturunan kelima dari Eyang Hasan Maolani. Mengapa penulis
menggunakan foto KH. Hasan Mughni? Karena foto inilah yang beredar di internet
sebagai manifestasi dari sosok Eyang Hasan Maolani.
Foto ini pertama kali diunggah oleh Ustadz Bustomi dalam blog https://generasisalaf.wordpress.com. Dalam tulisan tersebut sebenarnya sudah
diberikan keterangan bahwa foto yang diupload itu merupakan foto dari KH. Hasan
Mughni. Namun entah karena kurangnya minat baca, foto itu kemudian didownload
oleh beberapa orang dan dijadikan foto background dalam setiap tulisan tentang
Eyang Hasan Maolani di internet dan media sosial. Termasuk foto tersebut juga
pernah digunakan oleh sebuah grup facebook yang berisi keluarga Eyang Hasan
Maolani, walaupun saat ini grup itu hilang entah kemana.
Karena foto KH. Hasan Mughni ini sudah terlanjur menjadi sosok
penggambaran dari tokoh Eyang Hasan Maolani, maka penulis menjadikan foto KH.
Hasan Mughni tersebut sebagai dasar sketsa wajah Eyang Hasan Maolani. Secara
genetika, wajah Eyang Hasan Maolani tentulah memiliki kemiripan dengan KH.
Hasan Mughni sebagai salah satu keturunannya, sehingga layak untuk di sketsa
ulang, tentunya dengan beberapa perubahan di bagian mimik mukanya, sehingga
tetap terlihat berbeda dari foto asli KH. Hasan Mughni.
2.
Dalam
sketsa yang telah jadi tersebut, menampilkan sosok Eyang Hasan Maolani yang
bertubuh kurus. Ini didasarkan pada kehidupan Eyang Hasan Maolani yang pro-aktif
terlibat dalam gerakan tarekat, utamanya tarekat Syattariyyah. Dalam tradisi
tasawuf, hidup dalam penuh kesederhanaan dan senantiasa meninggalkan kenikmatan
dunia adalah jalan utama yang wajib ditempuh. Penulis meyakini Eyang Hasan
Maolani adalah sosok bertubuh kurus sebagaimana umumnya para pengikut tarekat
yang lain.
3.
Terdapat
janggut putih dalam sketsa Eyang Hasan Maolani. Ini juga didasarkan pada
tradisi sufi, dimana janggut selalu menjadi ciri khas bagi seorang penempuh
tarekat. Apalagi dalam beberapa penelitian, Eyang Hasan Maolani ini juga
disebut-sebut sebagai mursyid bagi tarekat Akmaliyyah. Umumnya mursyid dalam
dunia tasawuf, selalu menampilkan wajah yang berjanggut. Namun janggut Eyang
Hasan Maolani penulis yakini tidak selebat janggut umumnya mursyid dan ulama
dari tanah Arab, tentulah hanya janggut pendek umumnya ulama di tanah Jawa.
4.
Termasuk
pengenaan serban juga didasarkan pada alasan yang sama, dimana Eyang Hasan
Maolani ini selain sebagai seorang pemimpin tarekat, juga sebagai ulama.
Tampilan keulamaannya tentu akan ditandai dengan serban yang dililit dikepala.
Hal ini bukan berarti Eyang Hasan Maolani selalu mengenakan peci serban dalam
kehidupan sehari-harinya, namun ini hanya sebagai simbol keulamaan beliau.
Apakah Kiai Hasyim Asy’ari yang sketsa foto pahlawannya menggunakan peci serban
kemudian kita terjemahkan bahwa Kiai Hasyim Asy’ari selalu menggunakannya
setiap hari? Tentu tidak begitu.
5.
Jika
diteliti lagi, bentuk wajah dan mimik muka dalam sketsa Eyang Hasan Maolani
dengan foto KH. Hasan Mughni memiliki beberapa perbedaan. Ini tidak lain untuk
memberikan karakter khusus bagi Eyang Hasan Maolani.
Sketsa ini
100% merupakan ide dari penulis berdasarkan pengamatan dan karakter keagamaan
Eyang Hasan Maolani. Sketsa ini diwujudkan atas kerja keras seseorang bernama
Muhammad Ananda yang penulis mintakan bantuannya.
Dalam sudut
pandang penulis, kemiripan sketsa ini dengan wajah asli Eyang Hasan Maolani
sudah berada diatas 70% dengan didasarkan pada kehidupan pribadi, karakter
wajah keturunannya, dan latar belakang keagamaannya, sehingga layak
dipertimbangkan sebagai foto resmi dari Eyang Hasan Maolani.
=======================
Oleh: Idik Saeful Bahri, S.H., M.H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar