Tanya kepada mahasiswa-mahasiswa saya, saat mengajar, saya selalu mengutip pernyataan dosen-dosen saya selama kuliah, baik dosen-dosen di UIN Yogyakarta maupun dosen-dosen di UGM Yogyakarta. Hanya karena kebanggaan almamater belaka? Tentu saja tidak.
Saya mengutip pendapat-pendapat dosen saya itu dilatar-belakangi
beberapa hal:
1. Saya percaya kredibilitas dan kemampuan dosen-dosen saya saat mengajar, sehingga jika ada materi yang menjadi perdebatan ilmiah, saya tentu akan memilih pendapat dari dosen-dosen saya;
2. Tentu saja yang saya kutip adalah pernyataan-pernyataan yang sudah teruji secara ilmiah. Sering juga pada kenyataannya saya justru mengkritik dan menyatakan tidak setuju dengan pendapat dosen saya saat saya ajarkan di dalam kelas;
3. Bagi saya, penghargaan tertinggi seorang mahasiswa kepada dosennya adalah dengan mengutip pendapat-pendapatnya.
Selain mengajar, dalam setiap karya-karya tulis saya, selalu saya
sisipkan kutipan dari buku-buku mereka. Pemikiran semacam ini tentu tidak hadir
sejak zaman kuliah di S1. Saya baru mulai mengutip pendapat-pendapat dan
buku-buku dosen saya sejak saya menginjakkan kaki di program pascasarjana.
Disana, hampir sebagian besar mahasiswa mengutip pendapat dan tulisan dosennya. Disana, saya melihat langsung seorang dosen mengutip dosen lainnya yang lebih senior, yang itu menunjukkan pada 1 hal, bahwa si dosen yang mengutip itu ternyata dulunya adalah mahasiswa dari dosen senior yang sudah sepuh.