Pembaca bisa berdiskusi dengan Idik Saeful Bahri melalui email : idikms@gmail.com, idik.saeful.b@mail.ugm.ac.id, atau idikms@mahkamahagung.go.id

Minggu, 19 Oktober 2025

Hadiah Terbaik Mahasiswa kepada Dosennya adalah dengan Sitasi

Tanya kepada mahasiswa-mahasiswa saya, saat mengajar, saya selalu mengutip pernyataan dosen-dosen saya selama kuliah, baik dosen-dosen di UIN Yogyakarta maupun dosen-dosen di UGM Yogyakarta. Hanya karena kebanggaan almamater belaka? Tentu saja tidak.

Saya mengutip pendapat-pendapat dosen saya itu dilatar-belakangi beberapa hal:

1.     Saya percaya kredibilitas dan kemampuan dosen-dosen saya saat mengajar, sehingga jika ada materi yang menjadi perdebatan ilmiah, saya tentu akan memilih pendapat dari dosen-dosen saya;

2.     Tentu saja yang saya kutip adalah pernyataan-pernyataan yang sudah teruji secara ilmiah. Sering juga pada kenyataannya saya justru mengkritik dan menyatakan tidak setuju dengan pendapat dosen saya saat saya ajarkan di dalam kelas;

3.     Bagi saya, penghargaan tertinggi seorang mahasiswa kepada dosennya adalah dengan mengutip pendapat-pendapatnya.

Selain mengajar, dalam setiap karya-karya tulis saya, selalu saya sisipkan kutipan dari buku-buku mereka. Pemikiran semacam ini tentu tidak hadir sejak zaman kuliah di S1. Saya baru mulai mengutip pendapat-pendapat dan buku-buku dosen saya sejak saya menginjakkan kaki di program pascasarjana.

Disana, hampir sebagian besar mahasiswa mengutip pendapat dan tulisan dosennya. Disana, saya melihat langsung seorang dosen mengutip dosen lainnya yang lebih senior, yang itu menunjukkan pada 1 hal, bahwa si dosen yang mengutip itu ternyata dulunya adalah mahasiswa dari dosen senior yang sudah sepuh.

Amalan yang Konsisten dilakukan Setiap Hari: Mengirim Fatihah untuk Keluarga yang Telah Meninggal

 Salah satu pelajaran yang masih diingat saat ngaji di Mushola Asy-Syifa dengan A Toto sebagai gurunya adalah, “Kirimi fatihah untuk keluarga yang telah meninggal. Jika tidak bisa hadhoroh menggunakan bahasa Arab, pake bahasa Sunda saja. Ya Allah, kirim pahala surat al-fatihah ini kepada almarhum mbah-mbah saya.”

Saat itu saya masih duduk sebagai siswa kelas 2 MTsN Sindangsari. Ketika mendengar pengajaran dari A Toto itu, saya mencoba menirukan. Awal-awalnya cukup menggunakan bahasa Sunda.

Karena saya belum mengetahui nama mbah-mbah saya waktu itu, langsung saya tanyakan ke ibu dan ke bapak. Dapatlah 4 nama, Bapak Enco Kasa, Ibu Emoh Salmah, Kiai Ending Zahidi, dan Ibu Encum. Dua yang awal adalah orang tua dari bapak saya, dan dua terakhir adalah orang tua dari ibu saya.

Dari sejak kelas 2 MTs inilah saya rutin mengirimkan fatihah kepada 4 orang karuhun saya, hampir selama 13 tahun. Biasanya saya kirim fatihah sebelum makan. Jadi ketika saya hendak makan, pasti saya berdoa nya agak lama. Itu selain berdoa makan, tapi saya tambahkan hadhoroh bagi beberapa orang.