Pembaca bisa berdiskusi dengan Idik Saeful Bahri melalui email : idikms@gmail.com, idik.saeful.b@mail.ugm.ac.id, atau idikms@mahkamahagung.go.id

Minggu, 26 Januari 2020

Novel: Restrayer



SINOPSIS NOVEL
Judul Novel     : Restrayer
Judul Kecil      : Kelahiran dan Invasi Kerajaan Jalanan

Awal kisah saat bus Mutiara Indah jurusan Jakarta-Yogyakarta dihentikan oleh dua orang komplotan geng bernama Restrayer. Seperti biasa, keduanya meminta uang kepada penumpang bus. hingga tibalah keduanya meminta uang secara paksa kepada seorang bapak-bapak. Si bapak tidak mau memberikan uangnya. Akhirnya kedua preman itu memukul si bapak, bahkan menyabetnya dengan sebuah pisau. Karena merasa terdesak, si bapak itu tiba-tiba mengeluarkan sebuah pistol dari dalam sakunya, serta mengaku-ngaku bahwa dirinya anggota BIN. Melihat situasinya berubah, akhirnya kedua preman itu turun dari bus Mutiara Indah.

Ditengah perjalanan, seorang pemuda bernama Setiawan yang memang merupakan penumpang bus Mutiara Indah mendekati si bapak yang berani mengusir preman tadi. Akhirnya mereka berkenalan. Si bapak pemberani itu bernama pak Sukino, benar-benar anggota BIN, walau saat itu baru saja dibebas tugaskan. Pak Sukino menjelaskan bahwa kedua orang yang diusirnya dari bus itu merupakan komplotan geng terbesar di Jawa Barat, yaitu Restrayer. Setiawan tertarik dengan pemaparan pak Sukino, akhirnya pak Sukino menceritakan tragedi berdarah di Cirebon pada tahun 1999, 11 tahun yang lalu, yang menjadi awal mula pembentukan gangster Restrayer.
Awal kisah di mulai saat terjadinya perang geng di jalan Wahid Hasyim, Cirebon. Dua geng bernama Balistik Kuningan dan Artex Cirebon terlibat bentrok. Hingga tiba-tiba, sebuah geng lain menyerbu masuk ke dalam kerumunan. Tapi anehnya, geng yang baru saja bergabung ini hanya menghabisi geng Balistik Kuningan. Alhasil, 4 orang dinyatakan tewas dalam kasus tersebut.
Polres Cirebon langsung tersentak mendengar berita perang geng di wilayahnya. Polres Cirebon memiliki pengalaman pahit gara-gara perang geng. Pada tahun 1997, Cirebon menjadi kawah berapi yang sering dijadikan ajang perang geng. Polres Cirebon tak bisa berbuat apa-apa. Melihat situasinya semakin runyam, ditambah dengan kenyataan polisi Cirebon tidak bisa mengantisipasi setiap peperangan jalanan, akhirrnya warga Cirebon marah. Mereka membubarkan sebuah perang geng. Pembubaran itu merupakan peristiwa berdarah, karena dilaporkan bahwa 21 anggota geng tewas sia-sia. Ini merupakan pukulan telak bagi pihak kepolisian.
Tidak ingin kejadian 2 tahun sebelumnya terulang, Kombes Pol Dudung Ruanda selaku Kapolres Cirebon meminta bantuan kepada Kapolda Jabar untuk mengirimkan intelijen terbaiknya untuk membasmi habis komplotan gangster di wilayah III Cirebon, hingga ke akar-akarnya. Dengan berbagai pertimbangan, Irjen Pol Tatang Suanda selaku Kapolda Jabar merekomendasikan Kompol Boni, yang merupakan anggota terbaik di Baintelkam POLRI untuk mengurus kasus di Cirebon. Dengan persetujuan dari Komjen Sudarta Angkara selaku kepala Baintelkam POLRI, akhirnya Kompol Boni ditugaskan secara resmi untuk masuk ke dalam dunia gangster yang penuh misteri.
Di dunia jalanan ini, Kompol Boni menggunakan nama samaran Bayu. Dalam beberapa minggu saja, Kompol Boni dengan mudah mengidentifikasi siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan 4 anggota geng di jalan Wahid Hasyim. Kompol Boni juga semakin paham mekanisme gangster, dari mulai bisnis narkoba, pembelian senjata ilegal, bisnis pelacuran, dan berbagai macam tindakan kriminal yang lain. Bahkan lebih jauh, Kompol Boni tahu nama-nama pejabat dan oknum kepolisian serta oknum TNI yang menjadi beking dari komplotan jalanan. Walau memang, Kompol Boni tidak melaporkan apa yang dia ketahui ke Polres Cirebon.
4 korban di jalan Wahid Hasyim itu ternyata berasal dari satu geng, yaitu Balistik Kuningan. Dengan berbagai macam penyelidikan ala gangster, Andre yang merupakan ketua geng Balistik mengetahui bahwa dalang dibalik meninggalnya 4 orang anak buahnya itu disebabkan oleh geng Arwah Hitam, salah satu geng di Kuningan. Arwah Hitam dengan sengaja ikut mengganggu perang geng antara Balistik dengan Artex, tapi anehnya Arwah Hitam hanya menyerang anak-anak Balistik. Merasa tidak terima di khianati geng sekotanya, Andre menyerukan kepada seluruh anggotanya untuk menyerang Arwah Hitam.
Ribuan motor di tengah malam, menyerbu desa Mekarmukti kecamatan Mandirancan Kuningan yang merupakan basecamp dari geng Arwah Hitam. Sebuah perang besar terjadi malam itu. Tidak tanggung-tanggung, Balistik bahkan meluluh-lantakkan desa Mekarmukti. Mereka membakarnya hingga hangus tak tersisa. Dan korban jiwa pun sangat fantastis. 112 orang dinyatakan tewas dalam insiden besar itu. Korbannya bukan hanya dari kedua belah pihak, tapi juga dari pihak warga yang tidak tahu apa-apa. Saking hebohnya insiden itu, B.J. Habibie selaku presiden Republik Indonesia angkat bicara. Beliau memerintahkan Kapolri untuk menuntaskan kasus itu.
Dengan instruksi presiden, Kapolri akhirnya mengerahkan kekuatan penuh, bahkan ditambah dengan kekuatan militer dari TNI. Satu demi satu komplotan gangster di bubarkan secara paksa oleh pihak kepolisian. Bermula dari geng Zurig, Biks, dan FBS di Cirebon. Kemudian TNI-POLRI membubarkan paksa geng Bomber Api di Majalengka.
Penyamaran Kompol Boni di dunia geng akhirnya terbongkar. Anak-anak Artex Cirebon hampir saja membunuhnya, tapi karena Kompol Boni dilengkapi dengan senjata api, dia berhasil kabur. Kompol Boni ternyata sudah mulai mencintai hidup di jalanan. Karena diusir dari Cirebon, Kompol Boni memilih bergabung dengan salah satu geng di Kuningan, yaitu Balistik. Kompol Boni menawarkan banyak senjata kepada Balistik, hingga akhirnya dia diterima.
Balistik yang memang tidak memiliki persenjataan cukup untuk membendung keganasan TNI-POLRI, karena tidak menerima jatah dari Viradron (geng pemasok senjata dari Cirebon), akhirnya dengan dikomandoi Kompol Boni, dapat membobol gudang senjata milik TNI Angkatan Darat di Majalengka. Tiga orang yang membobol gudang senjata itu, yaitu Kompol Boni, Andre selaku ketua geng Balistik, dan Vino yang merupakan tangan kanan Andre. Ketiganya masuk mencuri senjata milik TNI, tapi naas, Andre tidak selamat dalam tugas itu karena terkena tembak oleh TNI. Sementara Kompol Boni dan Vino berhasil melarikan diri dengan membawa senjata yang dicurinya.
Kehancuran Balistik sudah di depan mata. Bayangkan saja, dari mulai geng Zurig Cirebon, Biks Cirebon, FBS Cirebon, Bomber Api Majalengka, Artex Cirebon, bahkan Aliansi Cirebon yang merupakan gabungan dari 7 geng, yaitu: Khayangan; Xaxar; Baja Sakti; Kastalista; Trivos; Listama; dan Andros, harus takluk di tangan TNI-POLRI. Maka dari itu, Kompol Boni menghasut Vino dan Pandi yang merupakan mantan anggota TNI dalam kepengurusan Balistik, untuk membuat geng baru.
Awalnya Vino menolak, tapi ternyata Kompol Boni sangat licin. Dia tahu bahwa sebenarnya Vino adalah anggota BIN yang sedang menyusup ke dunia gangster untuk memantau pergerakan transaksi narkoba. Nama asli Vino adalah Bari Irhamudin. Tapi sama seperti halnya Kompol Boni yang sudah menikmati hidup di jalanan, Bari Irhamudin juga sudah merasa nyaman hidup sebagai anak geng. Karena takut identitas aslinya dibocorkan oleh Kompol Boni, Bari pun akhirnya menyetujui apa yang menjadi rencana Kompol Boni, membuat geng baru.
Geng baru itu bernama Restrayer. Dibangun dengan pemikir-pemikir hebat, dibuat dengan sistem yang kuat oleh Kompol Boni (POLRI), Bari Irhamudin (BIN), dan Pandi (Mantan TNI). Maka sudah dapat dipastikan, geng ini memiliki sistem yang sulit ditembus.
Dan memang benar, kekhawatiran Kompol Boni terbukti. Balistik akhirnya dapat dibubarkan secara paksa oleh polisi. Maka mau tidak mau, mereka bertiga harus menyebarkan geng Restrayer ini ke banyak wilayah. Kompol Boni merekrut banyak anggota di Majalengka, bekas anggota dari Bomber Api. Sementara Bari merekrut banyak anggota dari mantan anggota Balistik dan Arwah Hitam. Dan Pandi merekrut anggota ke wilayah Gandasius, salah satu geng di barat Kuningan yang belum dibubarkan polisi.
Akhirnya Restrayer memiliki basis yang sangat besar. Apalagi dengan invasi mereka ke Cirebon. Tapi, Kompol Boni menginginkan hidup bebas, tak lagi terikat dengan hidup kepolisian yang membosankan. Kompol Boni bersama Bari dan Pandi membuat strategi. Restrayer menyerbu Gandasius di objek wisata waduk Darma. Ketika polisi datang, yang mereka dapati hanya anak-anak Gandasius, karena anak-anak Restrayer sudah berhasil kabur. Dari keterangan anak-anak Gandasius, diketahui bahwa ketua Restrayer adalah Kompol Boni.
Mendengar berita itu, pihak kepolisian sangat geram. Mereka berniat membubarkan Restrayer dan menangkap Kompol Boni karena terbukti berkhianat. Dan keberuntungan itu muncul, Bari yang masih anggota BIN melapor kepada pihak polisi bahwa Kompol Boni biasa nongkrong di sebuah rumah kosong.
Tanpa pikir panjang, rumah kosong yang dimaksud itu di grebek polisi. Tapi tentu saja, Restrayer melakukan perlawanan. Perlawanan yang sangat sengit, saling baku tembak terjadi diantara kedua belah pihak. Hingga tak terduga, rumah tersebut tiba-tiba hancur karena ledakan bom. Polisi mengira mungkin bom itu meledak karena keteledoran anak-anak Restrayer. Polisi akhirnya menemukan 11 mayat yang sudah gosong dan sulit dikenali. Polisi pun membawa 11 mayat itu ke rumah sakit untuk di otopsi. Hasil otopsi menyebutkan bahwa salah satu dari 11 mayat itu merupakan jasad Kompol Boni.
Padahal kenyataannya tidak. Ketika rumah itu terkena ledakan bom, hal itu merupakan skenario Kompol Boni. Kompol Boni bersama beberapa anggota Restrayer masuk ke dalam lubang di bawah tanah. Mereka berdiam beberapa jam, hingga akhirnya keluar dan menghapuskan barang bukti berupa lubang itu. Sementara dipihak yang lain, Bari sudah menyuap dokter di rumah sakit untuk memberikan kesaksian bahwa salah satu dari 11 mayat itu adalah Kompol Boni.
Dan akhirnya, geng Restrayer masuk di era yang baru. Dengan dipimpin oleh Kompol Boni yang berganti nama menjadi Dimas, Restrayer melebarkan sayap dan menginvasi wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. Karena merupakan satu-satunya geng besar di Jawa Barat, Restrayer jarang terlibat perang geng, tapi mereka fokus ke dalam bisnis-bisnis haram yang menguntungkan. Para pendiri Restrayer, termasuk Kompol Boni, Bari dan Pandi, menjadi milyarder. Mereka dapat dengan mudah pergi ke luar negeri dan membangun kehidupan di sana dengan harta yang melimpah. Dan tentu saja, mereka menggunakan identitas palsu. Geng ini kuat, karena Bari membekingi Restrayer sebagai anggota BIN, dan banyak lagi anggota Restrayer yang merupakan oknum polisi, tentara, BIN, maupun pejabat pemerintahan. Selamat datang di dunia jalanan!



Tidak ada komentar: