Pembaca bisa berdiskusi dengan Idik Saeful Bahri melalui email : idikms@gmail.com, idik.saeful.b@mail.ugm.ac.id, atau idikms@mahkamahagung.go.id

Sabtu, 01 Maret 2025

Ciri-ciri dan Unsur-unsur Hukum

“Kamu kok kenal kalo orang pake jaket hitam itu si Moldi?”

“Ya karena aku tau ciri-ciri si Moldi. Dia kan gemuk orangnya, kalo pake sendal, pasti dia pake merek Swallow. Jadi kalo mukanya ketutup sama jaket pun, tetep tau...”

Udah kuliah di Fakultas Hukum, masa masih nggak tau ciri-ciri hukum si?

Hukum itu secara bahasa adalah aturan. Memang begitu definisi singkatnya. Jadi aturan dan larangan merokok di dalam kelas, auran untuk tidak membuang sampah sembarangan, aturan dosen saat ngasih tugas buat mahasiswanya, itu semua secara bahasa ya hukum. Ingat ya, itu definisi secara bahasa.

Tapi kan konyol, saudara bayar kuliah mahal-mahal di Fakultas Hukum, ternyata saat kuliah dosennya ngejelasin aturan untuk tidak membuang sampah sembarangan di dalam kelas. Lah itu kan nggak usah kuliah, kan? Buang-buang duit saja...

Nah di Fakultas Hukum, yang dipelajari tentu bukan itu. Tapi hukum dalam arti yang sesungguhnya. Hukum sudah tidak lagi diartikan sebagai aturan secara umum, tapi dipersempit maknanya menjadi “aturan dalam mengatur sesuatu yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, kemudian saat seseorang melanggar aturan tersebut akan dikenakan sanksi oleh lembaga yang juga sama-sama berwenang...” Ini tambahan definisi dari bagian definisi diatas.

Nah dari definisi hasil otak-atik saya ini, bisa dibuat ciri-cirinya nih. Hukum yang dipelajari di Fakultas Hukum, ciri-cirinya harus:

  1. Adanya aturan. Ngatur apa aja lah ya, yang penting ada aturan.
  2. Aturan itu dibuat oleh lembaga yang berwenang. Ini maksudnya lembaga yang berwenang di tingkat negara ya. Jadi kalo dosen bikin aturan dilarang merokok di dalam kelas, itu bukan objek kajian di Fakultas Hukum. Dosen kan bukan lembaga yang berwenang, dia kan cuma babu nya mahasiswa saja.
  3. Adanya sanksi. Nah  kalo udah cape-cape bikin aturan, terus aturan itu dilanggar, ya pasti jengkel lah ya. Makanya harus ada sanksi atau hukuman. Nah khusus kajian di Fakultas Hukum, proses pemberian sanksi itu juga harus melalui serangkaian proses di lembaga yang berwenang. Jadi kalo dosen ngasih sanksi sama mahasiswa yang merokok di dalam kelas dengan mengurangi nilai kuliahnya jadi nilai E, itu nggak bakal jadi materi perkuliahan di Fakultas Hukum. 


Nah semisal saudara baca-baca buku Pengantar Ilmu Hukum, ciri-ciri hukum itu bisa beda-beda. Ada yang bilang cuma 2, ada yang bilang 3 sama seperti saya ini, ada juga 4, dan sebagainya. Itu monggo-monggo saja. Yang penting saudara paham konsepnya. Toh kalo dibanding-bandingin, yang bilang ciri-ciri hukum itu 2 atau 3 atau 4 dan lain sebagainya itu, sebenernya ujungnya ya sama saja. 

Jadi kalo ada larangan ngerokok di dalam kelas yang dikeluarkan oleh Fakultas Hukum, itu jelas bukan kajian kita sebagai mahasiswa hukum. Bodo amat yang ngeluarin aturan sekelas Fakultas Hukum, yang jelas mereka bukan bagian dari lembaga yang berwenang ditingkat negara. Tapi kalo saudara denger ada Peraturan Daerah di Yogyakarta soal larangan merokok di Jalan Malioboro, nah baru itu bisa dibahas di Fakultas Hukum. Sama-sama aturan larangan merokok, tapi karena dikeluarkan oleh pihak yang berbeda, hasilnya pun bisa beda.


Oleh : Idik Saeful Bahri (idikms@gmail.com)


Tidak ada komentar: