Pembaca bisa berdiskusi dengan Idik Saeful Bahri melalui email : idikms@gmail.com, idik.saeful.b@mail.ugm.ac.id, atau idikms@mahkamahagung.go.id

Selasa, 10 Desember 2019

As-Sunnah Sebagai Sumber Kedua


Tidak bisa disangkal lagi, bahwa apa yang menjadi sabda nabi, tidak lain adalah sesuatu hal yang sudah dikehendaki oleh Allah. Nabi tidak berbicara dengan nafsunya, tapi semata-mata merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah untuk kemudian disampaikan kepada ummatnya.
Seluruh ulama Islam pasti setuju, bahwa hadits nabi merupakan sumber hukum kedua. Hadits nabi inilah yang sedikit banyak menjelaskan makna al-Qur’an. Hadits nabi adalah penjelasan al-Qur’an yang paling bisa dipercaya, karena langsung ditafsirkan oleh nabi.

Dipercaya atau tidak, seluruh aliran dalam dunia Islam, apapun itu, akan mengambil sanad hadits lewat jalur Ahlussunnah. Maka tidak heran, Ahlussunnah adalah golongan yang sangat diakui keautentikan haditsnya ketimbang golongan yang lain. Ahlussunnah ini memang sangat memberikan perhatian khusus bagi kelangsungan hadits antar generasi. Maka tidak berlebihan, Ahlussunnah melahirkan ulama-ulama hebat sekelas imam Bukhari, imam Muslim, dan yang lainnya.
Tapi sebelum lebih jauh membahas mengenai hadits, kita harus bisa membedakan antara istilah sunnah dengan hadits.
Sunnah menurut bahasa artinya perjalanan, pekerjaan atau cara. Sunnah menurut istilah syara’ ialah perkataan nabi Muhammad saw., perbuatannya, dan diamnya Rasulullah untuk membenarkan perilaku sahabat-sahabatnya.


  • A.    Pembagian Sunnah

Dari definisi diatas, sebenarnya kita sudah bisa membagi Sunnah kedalam 3 bagian. Setiap bagian memiliki karakternya sendiri. Dan semuanya merupakan pegangan hukum bagi umat Islam.
1.      Sunnah Qouliyah
Sunnah Qouliyah yaitu perkataan nabi saw yang menerangkan hukum-hukum agama dan maksud isi al-Qur’an. Didalamnya juga berisi peradaban, hikmah, ilmu pengetahuan dan juga menganjurkan akhlak yang mulia. Sunnah qouliyah (ucapan) ini yang nanti kita kaji lebih jauh, yakni hadits nabi.
2.      Sunnah Fi’liyah
Sunnah Fi’liyah yaitu perbuatan nabi saw yang menerangkan cara melaksanakan ibadah, misalnya cara berwudhu, shalat dan sebagainya. Sunnah Fi’liyah ini yang kemudian dikaji lebih jauh di dalam fiqh. Sebuah pembahasan mengenai tata cara beribadah yang baik. Ini pentingnya ulama-ulama madzhab. Semua imam madzhab akan memberikan gambaran kehidupan nabi melalui berita-berita dari ulama sebelumnya. Maka jelas dari sini, memahami agama Islam tidak bisa hanya dengan mengandalkan al-Qur’an dan hadits saja. Jelas mustahil, apalagi zaman ini dengan zaman nabi sudah terpaut angka 1.400 tahun. Maka peran ulama benar-benar sangat dibutuhkan oleh generasi akhir seperti kita ini.
3.      Sunnah Taqririyah
Sunnah Taqririyah yaitu bila nabi saw mendengar sahabat mengatakan sesuatu perkataan atau melihat mereka memperbuat suatu perbuatan, lalu ditetapkan dan dibiarkan oleh nabi saw tanpa ditegur dan dilarang.
Maka perkataan atau perbuatan yang didiamkan itu sama saja dengan perkataan dan perbuatan nabi sendiri, yaitu dapat menjadi hujjah bagi ummat seluruhnya.


  • B.     Memahami Hadits Nabi

Diantara ketiga bentuk sunnah yang telah penulis sampaikan, satu yang paling digemari oleh umat muslim adalah hadits (sunnah qouliyah). Melalui hadits ini, pembahasan fiqh dan yang lainnya dapat dilakukan oleh para ulama. Maka dari itu, hadits nabi adalah gerbang bagi lahirnya kaidah-kaidah ilmu di dalam Islam. Tanpa peran perawi-perawi hadits, maka umat yang sekarang jelas akan celaka. Bagaimana tidak, kita tidak bisa memahami al-Qur’an dan Hadits tanpa peran perantara ulama antar generasi. Dan mereka itulah para periwayat-periwayat yang semoga diberikan karunia oleh Allah.
Secara sederhana, hadits bisa kita katakan sebagai apa yang diucapkan oleh nabi. Memang penulis tidak menyangkal, bahwa istilah Sunnah dan Hadits memiliki makna yang sama. Hadits secara umum memiliki penjelasan yang sama dengan istilah Sunnah. Tapi dalam perkembangan di masyarakat, khususnya di Indonesia, istilah hadits hanya fokus pada ucapan nabi, sementara sunnah dianggap bersifat umum. Padahal keduanya merupakan sinonim yang hampir mirip. Hal ini sama dengan istilah “guru” dengan “ustadz”. Guru dianggap sebagai pengajar ilmu umum, sementara ustadz merupakan pengajar ilmu agama. Padahal keduanya sama saja. Tapi ini sudah menjadi realitas, sesuatu hal yang tidak bisa kita salahkan.


  • C.    Rujukan Imam Ahlussunnah

Penulis kadang heran terhadap golongan Wahabi. Sesuatu hal yang diluar logika. Mereka terus menyuarakan anti taklid, tapi sikap mereka tidak jauh berbeda dengan seekor keledai.
Hal ini bukan tanpa alasan. Salah satu yang paling terkenal dari apa yang biasa dijadikan bentuk taklid adalah penyandaran sumber hadits mereka terhadap Syeikh al-Albani. Penulis bukan anti terhadap al-Albani. Tapi penulis menyadari bahwa orang-orang seperti Wahabi yang katanya anti-madzhab saja tidak bisa lepas dari yang namanya madzhab.
Tapi disini penulis mengingatkan, bahwa generasi terbaik adalah generasi nabi, kemudian generasi setelahnya, kemudian setelahnya lagi, kemudian setelahnya lagi, terus dan terus hingga yaumul kiamah nanti. Itu artinya, generasi yang paling dekat dengan nabi merupakan generasi yang lebih baik ketimbang dengan generasi yang agak jauh dari nabi.
Andaikan kita bandingkan antara syeikh al-Albani dengan imam Bukhari, kita akan mengetahui ulama mana yang lebih baik kita jadikan dasar yang paling inti. Syeikh al-Albani lahir pada tahun 1914 Masehi, sementara imam Bukhari lahir pada tahun 810 Masehi. Lihat perbedaan yang sangat jauh sekali.
Ketika al-Albani mengomentari hadits riwayat imam Bukhari, orang Wahabi langsung mengutip pemikiran al-Albani, seolah-olah al-Albani lebih baik ketimbang imam Bukhari. Padahal belum tentu kritik yang dilontarkan al-Albani lebih baik daripada yang telah disusun oleh imam Bukhari. Imam Bukhari diakui keimuannya bahkan oleh seluruh aliran Islam, tapi al-Albani hanya diakui oleh orang Wahabi saja, bahkan banyak ulama lain yang meragukan keilmuan al-Albani. Jadi jelas dari sini, kualitas imam Bukhari dalam masalah hadits tidak bisa dibantah lagi. Tidak heran jika imam Bukhari dikatakan sebagai ulama ahlul hadits terbesar sepanjang zaman. Intinya, sangat tidak logis orang-orang yang setiap berdakwah mengagung-agungkan al-Albani dan meragukan imam al-Bukhari. Ketahuilah, setiap hadits yang ditulis oleh imam Bukhari, beliau selalu shalat istikharah meminta petunjuk Allah, dan kemudian ditulis disamping makam nabi. Sesuatu hal yang tidak ada bandingannya dalam bidang hadits.
Maka dari itu, kita harus mengetahui 7 imam hadits yang dijadikan rujukan oleh seluruh aliran di dalam Islam. Ketujuh imam hadits yang dimaksud adalah:

  • 1.      Imam Bukhari
  • 2.      Imam Muslim
  • 3.      Imam Abu Daud
  • 4.      Imam Tirmidzi
  • 5.      Imam Ahmad
  • 6.      Imam Nasa’i
  • 7.      Imam Ibnu Majah

Tujuh ulama ahlul hadits tersebut adalah ulama-ulama yang sudah diterima oleh mayoritas umat Islam di dunia. Selain dari ketujuh diatas, kemampuannya mungkin masih diragukan.


  • D.    Hadits dilihat dari Perawi

Perawi adalah orang-orang yang meriwayatkan hadits. Jika dilihat dari perawi, hadits dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

  • 1.      Hadits Mutawatir

Hadits mutawatir adalah hadits yang paling kuat dasar hukumnya. Hadits ini diriwayatkan oleh banyak orang dan tidak mungkin adanya kedustaan diantara orang-orang tersebut.

  • 2.      Hadits Ahad

Hadits Ahad adalah hadits yang periwayatnya tidak terlalu kuat jika dibandingkan dengan hadits mutawatir. Kekuatan periwatannya itu dibagi lagi menjadi 3 bagian, yaitu:

  • a.       Hadits Shahih

Hadits shahih adalah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang-orang yang adil, kuat ingatannya, tidak cacat, dan isinya tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih kuat.

  • b.      Hadits Hasan

Hadits hasan adalah hadits yang bersambung sanadnya, tapi tingkat kepercayaannya tidak sekuat hadits shahih. Artinya masih ada hal-hal yang diragukan dalam kategori-kategori periwayatnya.

  • c.       Hadits Dha’if

Hadits dha’if adalah kebalikan dari hadits shahih, yakni hadits yang sanadnya tidak bersambung, perawinya tidak adil, ingatannya kurang baik, dan terjadi kecacatan. 


  • E.     Hadits dilihat dari Sanad

Pengkategorian ini memungkinkan ulama ahli hadits mengkaji suatu hadits, apakah bersambung sanadnya kepada nabi atau tidak. Setidaknya sanad ini dibagi menjadi 2 kategori, yaitu:
1.      Sanad bersambung kepada Nabi
Hal ini mengisyaratkan bahwa hadits yang diriwayatkan oleh seseorang, memang merupakan hadits yang langsung bersambung sanadnya hingga Rasulullah. Dalam kategori ini, dibagi lagi menjadi 2, yaitu hadits Marfu’ dan hadits Mausul. Silahkan pembaca mencari referensi lain mengenai kedua jenis hadits tersebut.
2.      Sanad tidak bersambung kepada Nabi
Kategori ini adalah kategori hadits yang tidak baik dijadikan sebagai dasar hukum di dalam Islam. Andaikan sanadnya tidak bersambung kepada nabi, maka besar kemungkinan hadits tersebut bukan merupakan produk yang disabdakan nabi. Dan hal ini sangat berbahaya dalam menentukan sebuah landasan hukum. Tapi kategori ini juga dibedakan menjadi 5 bagian, yaitu hadits Mu’allaq, Mursal, Mudallas, Munqathi, dan Mu’dhol.


  • F.     Istilah Populer Hadits

Ada beberapa istilah populer di kalangan ahlul hadits. Kadang kala istilah-istilah itu kita dengar setiap waktu. Tapi mungkin ada beberapa dari pembaca yang masih tidak paham akan istilah-istilah tersebut. Diantara istilah-istilah itu adalah:

  • 1.      Muttafaqun ‘Alaih

Istilah ini sering kali kita dengar. Istilah Muttafaqun ‘Alaih adalah hadits-hadits yang diriwayatkan oleh 2 imam hadits paling sohor, yakni imam Bukhari dan imam Muslim dari sumber sahabat yang sama.

  • 2.      As-Sab’ah

Istilah as-Sab’ah (tujuh) disini merujuk pada 7 imam yang telah penulis jabarkan di pembahasan sebelumnya.

  • 3.      As-Sittah

As-sittah artinya enam. Maksudnya adalah 6 imam hadits, kecuali Imam Ahmad bin Hambal.

  • 4.      Al-Khamsah

Istilah ini merujuk kepada 5 imam hadits, kecuali imam Bukhari dan imam Muslim.

  • 5.      Al-Arba’ah

Istilah ini ditujukan untuk 4 imam hadits, kecuali imam Bukhari, imam Muslim, dan imam Ahmad.

  • 6.      Ats-Tsalasah

Ditujukan untuk 3 imam hadits, kecuali imam Bukhari, imam Muslim, imam Ahmad, dan imam Ibnu Majah.

  • 7.      Perawi

Orang yang meriwayatkan sebuah hadits.

  • 8.      Sanad

Jalur dari suatu hadits hingga tersambung kepada Rasulullah.

  • 9.      Matan

Isi dari sebuah hadits.

  • 10.  Hadits Maudhu

Hadits palsu. Hadits yang hanya dibuat tanpa landasan yang benar. Dan ini merupakan hadits yang paling bahaya.


  • G.    Kitab Populer

Diantara banyaknya kitab hadits, setidaknya ada dua yang paling terkenal dan dijadikan rujukan umat muslim di dunia, yaitu Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Wallahu A’lam.



============================
Ditulis oleh : Idik Saeful Bahri, S.H., M.H.

Tidak ada komentar: