Tidak bisa kita sangkal lagi, bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu.
Semua yang ada di alam raya ini, tidak lain merupakan kehendak Allah. Semua
kejadian yang telah kita saksikan, yang pernah kita dengar, tidak ada satu pun
yang terjadi tanpa ketentuan Allah. Allah benar-benar berkuasa atas segala
sesuatu.
Kehidupan yang
sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan (tetapkan) dalam kitab
Lauhul Mahfudz yang terjaga rahasiaannya dan tidak satu pun makhluk Allah yang
mengetahui isinya. Semuanya mutlak merupakan kehendak Allah Azza wa Jalla.
Kematian,
kelahiran, rezeki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka, semuanya telah ditetapkan
sesuai ketentuan-ketentuan Ilahiyah yang tidak pernah diketahui oleh manusia
atau makhluk yang lain. Dengan tidak adanya pengetahuan tentang ketetapan dan
ketentuan Allah ini, maka kita harus berlomba-lomba menjadi hamba yang terus
menebar kebaikan, dan berusaha keras untuk menggapai cita-cita tertinggi yang
diinginkan setiap muslim, yaitu melihat Rabbul ’alamin dan menjadi penghuni
Surga.
Keimanan seorang muslim, diwujudkan dalam kepercayaannya terhadap 6
pilar rukun iman yang sudah disabdakan oleh nabi. Satu diantara keenam pilar
tersebut adalah iman terhadap Qadla dan Qadar dari Allah. Sebuah keimanan yang
harus ada dalam diri seorang muslim. Salah memahami keimanan terhadap takdir atau
Qadla dan Qadar ini dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya keimanan
seseorang.
- A. Pengertian
Secara bahasa,
Qadla artinya adalah ketetapan. Lebih jelasnya, Qadla merupakan ketetapan Allah
swt kepada setiap mahluk-Nya yang bersifat Azali. Azali Artinya ketetapan itu
sudah ada sebelumnya, jauh-jauh hari dari kelahiran makhluk. Jadi gambaran
luasnya, setiap skenario waktu yang ada hingga hari kiamat nanti, telah ada
ketentuannya dan telah diatur oleh Allah.
Sedangkan Qadar
menurut bahasa artinya adalah ukuran. Qadar merupakan penjelasan sebuah
penciptaan sesuai dengan ukuran atau timbangan yang telah ditentukan
sebelumnya. Qadla dan Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir.
Jadi, Iman kepada qadla dan qadar adalah percaya sepenuh hati bahwa
sesuatu yang telah terjadi, sedang terjadi, dan yang akan terjadi di alam raya
ini, semuannya telah ditentukan oleh Allah swt sejak jaman azali.
- B. Dasar Hukum
Dalil naqli
mengenai tuntutan iman kepada qadla dan qadar sebenarnya sangat banyak sekali,
baik itu dari al-Qur’an, maupun dari hadits nabi. Tapi untuk lebih memudahkan,
penulis disini hanya akan memberikan dua dalil saja, satu dari al-Qur’an dan
satu lagi dari hadits nabi, yang sudah umum dijadikan dasar bagi kebanyakan
umat muslim.
“Tiadalah
suatu bencana menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu, melainkan dahulu sudah
tersurat dalam kitab (Lauhul Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid : 22)
Rasulullah saw
bersabda, “Iman adalah kamu percaya kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab,
para rasul-Nya, hari akhir, dan kamu percaya kepada takdir baik maupun buruk.” (HR. Muslim)
- C. Macam-macam Takdir
Setidaknya istilah takdir secara umum ini dibagi menjadi dua bagian,
yaitu:
- 1. Takdir Muallaq
Takdir muallaq adalah takdir Allah swt atas
makhlukNya yang memungkinkan takdir tersebut dapat berubah karena usaha dan
ikhtiar makhlukNya tersebut. Itu artinya, Allah memberikan sebuah keleluasaan
bagi makhluk untuk melakukan segala sesuatu dengan keinginan dirinya. Tapi
walau begitu, setiap keinginan makhluk yang merupakan usaha atau ikhtiar itu,
tetap saja merupakan kehendak Allah Azza wa Jalla.
Takdir muallaq ini yang seharusnya dipahami
lebih jauh oleh umat muslim. Jangan sampai, istilah beriman kepada qadla dan
qadar dijadikan alasan pembenar untuk tidak melalukan usaha atau ikhtiar demi
mewujudkan diri menjadi lebih baik. Banyak contoh yang bisa kita ambil dalam
pembahasan takdir muallaq ini. Penulis meyakini bahwa setiap manusia pasti
memiliki kesalahan dan kekhilafan. Untuk memperbaiki kesalahan itulah, manusia
selalu belajar untuk menjadi lebih baik. Dalam mewujudkan itulah, merupakan
usaha yang dilakukan oleh manusia dengan kehendaknya sendiri.
Dalil akan adanya takdir muallaq yang biasa
dijadikan dasar hukum adalah firman Allah di dalam al-Qur’an yang berbunyi:
“Sesungguhnya
Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka itu mengubah
nasibnya sendiri.” (Ar-Radu : 11)
- 2. Takdir Mubram
Takdir mubram
inilah yang seharusnya menjadi sorotan kita. Takdir mubram adalah takdir yang
pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan kejadiannya. Takdir mubram ini murni
merupakan ketentuan dan kehendak Allah. Semua makhluk diatur oleh takdir mubram
ini, tak terkecuali malaikat. Dan tidak ada satupun makhluk yang bisa melawan
takdir ini. Andaikan seluruh makhluk bergabung menjadi satu, seluruhnya, untuk
merubah satu saja dari takdir mubram yang sudah diatur oleh Allah, demi Allah
takdir tersebut tidak akan berubah kecuali atas izin Allah.
Contoh dari
takdir mubram ini diantaranya adalah kelahiran makhluk, kematian, jodoh,
rezeki, terjadinya kiamat, bencana alam, dan beberapa ketentuan lain yang sudah
diatur oleh Allah. Seluruh hal yang
masuk dalam kategori takdir mubram ini adalah rahasia Allah swt, hanya Allah yang
mengetahuinya.
- D. Hikmah Beriman kepada Qadla dan Qadar
Sama seperti beriman kepada rukun iman yang
lain, iman kepada qadla dan qadar juga seharusnya memberikan dampak yang
positif bagi kehidupan seorang muslim. Setidaknya orang yang beriman kepada
qadla dan qadar memiliki sebuah kemuliaan hati untuk lebih dekat dengan Allah.
Beriman kepada adanya takdir muallaq akan
memunculkan semangat ikhtiar dalam diri seorang muslim. Hal ini harus
benar-benar dipahami oleh umat muslim. Beberapa intelektual muslim berpendapat,
bahwa mundurnya peradaban Islam salah satu alasannya adalah kesalah
pengertiannya terhadap makna qadla dan qadar. Banyak muslim yang mengabaikan
takdir muallaq, hingga merasa semuanya sudah diatur oleh Allah dan tidak bisa
dirubah. Akhirnya, orang-orang semacam ini hidup dengan penuh kemalasan.
Sementara hikmah beriman kepada takdir mubram
adalah untuk menguatkan diri ketika menghadapi cobaan yang berat. Misalnya kita
diuji oleh Allah dengan sebuah bencana alam. Dengan beriman kepada adanya
ketetapan dan kepastian Allah, kita tidak dengan mudah menyalahkan keadaan.
Kita harus percaya bahwa setiap cobaan yang datang, murni merupakan ketetapan
Allah.
Beriman kepada qadla dan qadar juga akan
memberikan efek yang luar biasa, salah satu diantaranya adalah menguatkan diri
dengan sifat sabar, tawakal, serta memiliki tekad dalam memperjuangkan
impiannya. Jika seorang muslim sudah bisa membedakan antara ketetapan Allah
yang sudah mutlak dan ketetapan yang masih bisa dirubah, maka muslim seperti
ini adalah orang-orang yang beruntung. Mereka tidak hanya menggantungkan
dirinya kepada Allah, tapi juga tidak menghilangkan eksistensi Allah dalam
mengatur dirinya.
Dan diantara sifat yang bisa dimunculkan karena
beriman kepada qadla dan qadar, salah satunya lagi adalah qanaah. Sifat qanaah
ini adalah menerima apa adanya dari apa yang yang sudah ditentukan Allah. Sifat
ini adalah salah satu puncak dari sifat makhluk yang beriman akan adanya
ketetapan Allah yang sudah pasti, yakni takdir mubram.
Disamping qanaah, sifat lain yang juga akan
dimiliki oleh mereka yang benar-benar beriman kepada qadla dan qadar adalah
banyaknya rasa syukur dan tidak sombong. Dengan meyakini adanya ketetapan
Allah, orang yang beriman kepada qadla dan qadar akan senantiasa bersyukur
dalam segala keadaan. Hal terburuk dalam hidupnya pun akan tetap dia syukuri,
karena meyakini itu adalah ketetapan Allah. Dan secara tidak langsung, orang
tersebut juga akan dihindari dari sifat sombong. Mana mungkin sifat sombong ini
muncul sementara dia meyakini dirinya tidak berkuasa atas segala sesuatu
kecuali atas izin Allah.
- E. Antara Qadariyah dan Jabariyah
Dalam memahami takdir, Islam melahirkan dua
kubu dimana satu dengan yang lainnya merupakan kebalikan yang sangat kontras. Hal
ini tidak lain adalah kesalah-pengertian kedua kubu itu dalam memahami takdir
Allah.
Kedua aliran ini sama sekali tidak paham dengan
pembahasan kita sebelumnya, mengenai adanya takdir muallaq dan takdir mubram.
Satu kubu hanya menerima takdir muallaq saja, satunya lagi hanya mempercayai
adanya takdir mubram saja.
Salah satu aliran yang terkenal adalah aliran
Qadariyah. Aliran ini adalah aliran yang hanya fokus mempercayai kehendak
manusia, sementara Allah hanya bersifat menyetujui dari apa yang sudah
dikehendaki oleh manusia. Dalil naqlinya sederhana, yaitu Allah tidak akan
merubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu merubahnya. Dalil ini selalu
dijadikan dasar bagi aliran ini untuk membenarkan tindakan mereka.
Aliran Qadariyah adalah buntut panjang dari
lahirnya aliran teologi yang rasionalis. Dengan mengandalkan akal, aliran ini
mengklaim hidup ini hanya bisa maju jika terus mengembangkan akalnya. Dan
menurut aliran ini pula, Allah tidak akan mungkin membatasi umatnya untuk terus
berkarya dengan akalnya. Jadi takdir Allah yang sudah pasti adalah sesuatu hal
yang tidak logis.
Sementara aliran kebalikannya adalah aliran
Jabariyah. Aliran ini justru berpendapat bahwa makhluk tidak bisa berbuat apa-apa
terhadap takdir Allah. Aliran ini malah menentang adanya takdir muallaq. Aliran
Jabariyah biasanya melahirkan aliran-aliran tasawwuf yang bathil. Mereka
mengesampingkan duniawi seluruhnya. Disatu sisi memang baik, tapi kadang
memiliki efek yang buruk.
Kita disini tidak hadir untuk memvonis kedua
aliran tersebut. Satu dengan yang lainnya memiliki kelebihan dan kelemahan. Aliran
Qadariyah memiliki kelebihan dalam kemajuan peradaban. Dengan menganut aliran
ini, seorang muslim akan terus berkembang akalnya dan terus maju menembus
batas-batas Tuhan. Sementara Jabariyah juga memiliki kelebihan sebagai
pribadi-pribadi yang baik dan shaleh dalam menghadapi hidup ini. Tapi dilain
pihak, keduanya memiliki kelemahan yang sangat fatal. Qadariyah tentu akan
mengabaikan hakikat hidup di dunia, yakni kematian. Golongan ini hanya terus fokus
kepada urusan duniawi hingga kadang lupa akan kehidupan akhirat, sementara
Jabariyah pun memiliki kelemahan yang lumayan serius. Aliran ini akhirnya agak
menjauhi umat lain. Aliran ini juga melupakan salah satu hakikat hidup, yakni
berdakwah kepada kebenaran.
Maka dari itu, konsep Ahlussunnah wal Jamaah
lahir untuk menjembatani keduanya. Ahlussunnah wal Jamaah mengakui akan
eksistensi usaha dan ikhtiar manusia atau makhluk, dan Ahlussunnah juga
meyakini akan kemaha-kuasaan Allah dalam mengatur setiap makhlukNya.
Ahlussunnah inilah yang merupakan ajaran nabi. Wallahu A’lam.
=============================
Ditulis oleh : Idik Saeful Bahri, S.H., M.H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar