Pembaca bisa berdiskusi dengan Idik Saeful Bahri melalui email : idikms@gmail.com, idik.saeful.b@mail.ugm.ac.id, atau idikms@mahkamahagung.go.id

Selasa, 10 Desember 2019

Memaknai Qadla dan Qadar

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Q.S. Al-Hadid : 22).

Qadla dan Qadar merupakan salah satu dari Rukum Iman yang kita percayai. Kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan (tetapkan) dalam kitab Lauhul Mahfudz yang terjaga kerahasiaannya dan tidak satu pun makhluk Allah yang mengetahui isinya. Semuanya mutlak merupakan kehendak Allah Azza wa Jalla.


Kematian, kelahiran, rezeki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka, semuanya telah ditetapkan sesuai ketentuan-ketentuan Ilahiyah yang tidak pernah diketahui oleh manusia atau makhluk yang lain. Dengan tidak adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka kita harus berlomba-lomba menjadi hamba yang terus menebar kebaikan, dan berusaha keras untuk menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap Muslim, yaitu melihat Rabbul ‘Alamin dan menjadi penghuni Surga.

Tidak bisa kita sangkal lagi, bahwasanya Allah berkuasa atas segala sesuatu. Semua yang ada di alam raya ini, tidak lain merupakan kehendak Allah. Semua kejadian yang telah kita saksikan, yang pernah kita dengar, tidak ada satu pun yang terjadi tanpa ketentuan Allah. Allah benar-benar berkuasa atas segala sesuatu.


  • A.    Definisi

Secara bahasa, Qadla artinya adalah ketetapan. Lebih jelasnya, Qadla merupakan ketetapan Allah swt. kepada setiap makhluk-Nya yang bersifat azali. Azali artinya adalah ketetapan itu sudah ada sebelumnya, jauh-jauh hari dari kelahiran makhluk. Gambaran luasnya adalah setiap skenario waktu yang ada hingga hari kiamat nanti, telah ada ketentuannya dan telah diatur oleh Allah swt. 

Sedangkan Qadar menurut bahasa artinya adalah ukuran. Qadar merupakan penjelasan sebuah penciptaan sesuai dengan ukuran atau timbangan yang telah ditentukan sebelumnya. Qadla dan Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir.  Jadi, iman kepada Qadla dan Qadar adalah percaya sepenuh hati bahwa sesuatu yang telah terjadi, sedang terjadi, dan yang akan terjadi di alam raya ini, semuannya telah ditentukan oleh Allah swt. sejak zaman azali. 


  • B.     Macam-macam Takdir

Setidaknya istilah takdir secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

  • 1.      Takdir Muallaq, yaitu takdir Allah swt. atas makhlukNya yang memungkinkan takdir tersebut dapat berubah karena usaha dan ikhtiar makhluk. Itu artinya, Allah memberikan sebuah keleluasaan bagi makhluk untuk melakukan segala sesuatu dengan keinginan dirinya. Tapi walau begitu, setiap keinginan makhluk yang merupakan usaha atau ikhtiar itu, tetap saja merupakan kehendak Allah Azza wa Jalla.

Dalil dari takdir muallaq adalah firman Allah di dalam al-Qur’an yang berbunyi:
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu  kaum sehingga mereka itu mengubah nasibnya sendiri.” (Q.S. Ar-Radu : 11).

  • 2.      Takdir Mubram, yaitu takdir yang pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan kejadiannya. Takdir mubram ini murni merupakan ketentuan dan kehendak Allah. Semua makhluk diatur oleh takdir mubram ini, tak terkecuali malaikat. Dan tidak ada satupun makhluk yang bisa melawan takdir ini. Andaikan seluruh makhluk bergabung menjadi satu, seluruhnya, untuk merubah satu saja dari takdir mubram yang sudah diatur oleh Allah, demi Allah takdir tersebut tidak akan berubah kecuali atas izin Allah.

Dalil dari takdir mubram ini adalah firman Allah yang berbunyi:
Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (Q.S. Al-Qamar : 49).


  • C.    Antara Qadariyah dan Jabariyah

Dalam memahami takdir, Islam melahirkan dua kubu besar dimana satu dengan yang lainnya saling kontradiktif. Hal ini tidak lain merupakan kesalahan kedua kubu itu dalam memahami takdir Allah. Kedua aliran ini tidak paham dengan adanya takdir muallaq dan takdir mubram. Satu kubu hanya menerima takdir muallaq saja, satunya lagi hanya mempercayai adanya takdir mubram saja.

Kedua aliran tersebut adalah aliran Qadariyah dan Jabariyah. Aliran Qadariyah merupakan aliran yang berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak mutlak atas jalannya sendiri, tanpa bisa dicampuri oleh ketentuan Allah. Aliran ini muncul beriringan dengan lahirnya aliran teologi rasional dalam Islam, Mu’tazilah. Dengan mengandalkan akal, aliran ini mengklaim hidup ini hanya bisa maju jika terus mengembangkan akalnya.

Sementara kebalikannya adalah aliran Jabariyah. Aliran ini justru berpendapat bahwa makhluk tidak bisa berbuat apa-apa terhadap takdir Allah. Aliran ini malah menentang adanya takdir muallaq. Aliran Jabariyah biasanya melahirkan aliran-aliran tasawwuf yang bathil. Mereka mengesampingkan duniawi seluruhnya. Disatu sisi memang baik, tapi kadang memiliki efek yang buruk.

Lalu dimana posisi keimanan kita? Kita berada di antara kedua aliran tersebut, dimana kita meyakini bahwa seluruh takdir manusia (makhluk) merupakan ciptaan Allah, namun kita juga mengakui akan eksistensi usaha dan ikhtiar manusia (makhluk). Wallahu A’lam.



=============================
Ditulis oleh : Idik Saeful Bahri, S.H., M.H.

Tidak ada komentar: